Nganjuk, Jejakjatim.id – Sejumlah pengelolaan obyek wisata di Kabupaten Nganjuk dinilai belum optimal dikembangkan.
Salah satu program yang belum berhasil adalah program Slumbung, yang diketahui tidak mampu dilanjutkan dan dinyatakan gagal. Hingga kini, tidak ada kelanjutan atau tindak lanjut dari proyek tersebut meski sempat digadang-gadang menjadi inovasi baru.
Kondisi serupa terjadi pada kios sisi selatan GOR Bung Karno Nganjuk belum optimal di kelola dinas pariwisata Namun setelah pengelolaan beralih ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), jumlah pedagang mulai bertambah secara perlahan dan aktivitas ekonomi mulai menggeliat.
Sementara itu, obyek wisata rintisan Air Merambat Putri Ayu di salah satu wilayah Nganjuk juga belum menunjukkan perkembangan signifikan. Padahal, anggaran dari APBD telah dikucurkan untuk mendukung pengembangan kawasan tersebut.
Dana digunakan untuk pengecoran jalan sepanjang 160 meter oleh Dinas Pekerjaan Umum, serta pembangunan gapura, ruang tiket, dan kantor pengelola dengan nilai lebih dari Rp100 juta. Meski demikian, belum tampak aktivitas operasional atau kunjungan wisata yang berjalan aktif di lokasi tersebut.
Kondisi tidak jauh berbeda juga dialami oleh obyek wisata Roro Kuning. Minimnya inovasi dan pengembangan membuat jumlah pengunjung menurun drastis, terlebih setelah munculnya pesaing kuat di wilayah terdekat, yakni obyek wisata Jolotundo yang saat ini lebih diminati pengunjung karena penyajian konsep yang lebih segar dan menarik.
Ketidakmaksimalan pengelolaan ini menimbulkan pertanyaan publik mengenai efektivitas penggunaan anggaran daerah, serta urgensi pembenahan manajemen pengelolaan sektor wisata dan ekonomi lokal oleh pemerintah daerah.
Pemerintah Kabupaten Nganjuk diharapkan segera melakukan evaluasi dan inovasi dalam pengelolaan sektor pariwisata serta aset publik agar mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan pertumbuhan ekonomi lokal.